Kamis, 29 Desember 2016

Takaran Hidup

       Kemarin merupakan hari pertama aku memasuki praktik kerja lapang dalam bidang pengolahan makanan laut yang harus aku lalui untuk menyelesaikan studiku. Anehnya dalam bidang mengelola makanan hingga menghidangkannya merupakan salah satu kesenangan yang telah lama kupendamkan semua kemampuan untuk itu. Pada hari cukup mendung, hingga harus menunggu malam gelap untuk awan cumulus menumpahkan semua beban yang ia bawa dari negeri jauh. Kembali ke urusan siang itu, salah satu partner kerja dalam praktik tersebut sedang membuat salah satu olahan dari rumput laut yang kemudian akan disulap menjadi minuman menyegarkan, yap cendol itulah panggilan untuk minuman yang terpikirkan waktu itu.
       Waktu bergulir, tanpa terasa telah lebih dari dua jam setengah olahan itu hampir selesai untuk dinilai oleh dosen yang kebetulan merupakan kepala laboratorium pengolahan perikanan di fakultasku. Semua kemampuan kami keluarkan dalam membuat minuman olahan tersebut, sayangnya penampilan yang kurang menarik tak terlalu kami permasalahkan, yang terpenting dipikiran kami adalah rasa, ya rasa adalah penilaian diatas segalanya. Setelah persiapan kami anggap sempurna, saatnya untuk penilaian. Dan kami pun dengan penuh percaya diri menganggap tak ada masalah yang berarti dalam penilaian nanti, karena dalam pengetesan yang dilakukan teman-teman berkata minuman kami sangat layak untuk mendapatkan apresiasi yang tinggi.
       Semua ekspektasi kami runtuh, seakan semua usaha kami sia-sia saat itu, hanya senyum manis yang kami pasang diwajah yang memendam rasa kekecewaan yang amat besar. Bagaimana tidak minuman kami tak dianggap sebagaimana minuman cendol yang kebanyakan penjual memperdagangkannya.Tapi, apalah semua itu, hanya pukulan sekecil itu dalam kehidupanmu yang masih panjang tak dapat meruntuhkan semangat untuk melanjutkan hidup. Belajar, ya belajar semua masih dalam proses pelajaran, apalah yang ingin kita capai dihidup ini tanpa proses belajar. Jangankan professor sekalipun, dulu ia hanya mahasiswa baru yang baru melihat dunia kampus yang penuh dengan hiruk pikuk kehidupan. Semua perlu proses, proseslah yang membuat adonan hitam pekat menjadi kue brownis yang nikmat.
       Selama proses penilaian itu, kami mendapatkan pencerahan mengenai langkah-langkah yang tepat dalam mengolah bahan makanan tersebut; takaran yang jelas; penanganan yang sesuai standar; semuanya dijelaskan oleh dosen yang menilai kami saat itu. Seakan memutar waktu, semua yang kami lakukan dalam mengolah minuman tersebut hanya sekedar melalui perasaan semata, apakah enak atau paskah takaran yang kami berikan. Apakah kita hidup hanya dengan perkiraan dan perasaan?, apakah hanya berjalan dengan sendirinya?. Kupikir semua itu telah jelas bahwa ada Yang Maha Kuasa, yang mengatur pergantian siang dan malam, dan semua itu terkalkulasi dengan begitu akurat, semua telah diatur, ditakar, diolah, diproses hingga dalam berjalan sebagaimana kuasa-Nya. Apakah hidup kita akan terus bergantung, atau tetapkan satu langkah dan mulai merencanakan akhir yang abadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar