Rabu, 15 Februari 2017

Hilangkan Penyakit Hatimu

       Hal itu terjadi pada siang menjelang sore di suasana kampus yang cukup tenang. Hanya beberapa dari teman-temanku berada pada suatu ruang yangg nyaman untuk melepaskan rasa lelah dalam penantian. Mulanya beberapa diantara mereka melakukan sesuatu yang cukup menarik, yaitu mencoba melihat seberapa terkenalnya mereka saat tampil live pada akun sosial media mereka. Meskipun begitu kucoba sedikit-sedikit untuk menampilkan diri, siapa tau ada seseorang yang mencari.

       Perbincangan kala itu bebas dipenuhi canda dan tawa, meskipun harus tetap terkontrol dikarenakan terdapat ruang dosen yang bersebelahan dengan kami, tapi suasana yg cukup ribut tak dapat terhindarkan sekali-sekali. Mulanya ada yang menyampaikan mengenai mahasiswa berprestasi yang kedengarannya cukup risih mendengarnya. Tak pernah ada dibenakku untuk mencapai gelar-gelar tersebut. Banyak sekali pemikiran yang terlintas dipikiranku jika membahas hal semacam itu. Mungkin kelihatan ada rasa iri dalam diri, tetapi tak pernah kulanjut jika pemikiranku mulai menjatuhkan.

       Malam ini saat menulis kata-kata ini, sempat terpikir bisakah kita mendapatkan sesuatu dari apa yang kita telah lakukan? Jawabannya mestinya, iya. Tetapi, yang kita dapatkan apakah sesuai harapan ataukah tidak. Menjadi seorang panutan pikirku sangatlah berat, bagaimana tidak. Semua mata pastinya akan melihat setiap gerak-gerik yang kita lakukan, belum lagi jika tak sengaja berbuat kesalahan, cap yang menempel pada kita sebagai orang panutanpun akan menjadi bahan perdebatan.

       Setelah lama dalam pemikiran yang cukup menguras, menjadi seorang yang dilihat oleh orang-orang cukuplah banyak mendapatkan keuntungan. Karena banyak yang akan menjadikan kita sebagai tempat mereka bergantung atau menyita waktu yang kita miliki untuk mereka dapatkan sebagai ajang mencari keuntungan. Meskipun, pemikiranku sangatlah jauh dari mencari keuntungan, dikarenakan sangat picik pikirku untuk menjadi seseorang yang mengambil alih mata orang-orang, sangat risih karenanya.

       Tak pernah sampai lima menit diriku mencoba melihat mereka yang mendapatkan pandangan, seperti terdapat rasa tak ingin menjadi seperti mereka yang terkenal. Apakah diriku yang salah disini?. Hanya menjadi pembanding diriku dan mereka, kami sama-sama memiliki postur yang sama, waktu yang sama, dan perlakuan yang sama, tapi apa yang membedakan aku, dia dan mereka itu!. Kayaknya aku yang memiliki penyakit didalam hati. Hal itulah yang membuat diri ini sulit untuk berbahagia bersama mereka.

       Beberapa hari berlalu, aku menonton video online yang tak sengaja mengambil alih perhatianku. Seorang ustadz, menceritakan mengenai kejadian yang beliau alami semasa dalam menuntut pendidikan. Dalam kisahnya, beliau memegang prinsip yang kokoh dalam hidupnya. Beliau menceritakan bagaimana kisahnya mengambil contoh dari seseorang yang mendapatkan pandangan orang-orang. Sungguh sangat menginspirasi, tak perlu ada bermacam penyakit hati untuk melihat kepada mereka yang memiliki peringkat dan pandangan orang-orang. Kitapun bisa mendapatkan ilmu mereka dengan bersahabat dengan mereka.

       Dalam kisah tersebut, akhirnya aku tersadar. Bahwa hanya orang-orang yang berjalan mundur jika hanya melihat seseorang dengan penyakit hati yang mereka bawa. Cobalah untuk mencari kemungkinan untuk mendapatkan ilmu dari mereka yang dalam usahanya mendapatkan yang mereka capai. Jangan menjadikan dirimu sebagai kipas angin yang terus berputar-putar memikirkan sesuatu yang tak dapat menghasilkan sesuatu, tapi jadilah angin yang ikut dalam putaran mereka sehigga mendapatkan kesejukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar