Senin, 06 Agustus 2018

Pelarianku Sejenak

Hari ini aku beranjak dari kota, menuju suatu pulau yang sudah lama tak kukunjungi. Semua perjalanan masih sama, hanya saja sebuah perasaan yang beda. Pikirku tak lagi sama, mungkin karena beban yang melanda pikiran. Aku masih dalam perjalanan, perasaan yang tak tertahankan ku coba untuk hilangkan meski hanya sejenak. Siang yang begitu cerah menemani langkahku kepulau ini. Banyak hal yang terjadi disini, dari praktik lapang pertama, pendidikan dasar, belajar diving, night dive, program internasional pelajar, segala hal yang menjadi kenangan hidupku, tak luput juga ialah mencoba 'lari' dari kenyataan. 


Yaah,,, kenyataan kini yang tak tercapai membuatku agak kesal, pantas saja semua hal yang telah kurencanakan menjadi tertunda dan malah ada yang gagal. Siapa yang harus kusalahkan dari semua ini?, mungkin jawabnya ada pada diriku sendiri. Aku pun sadar bahwa menyalahkan hal yang terjadi pada diri kita sendiri kepada orang lain merupakan tanda kelemahan suatu insan, yup benar saja berdalih menyalahkan yang lainnya, tapi tak mampu untuk menghadapi masalah tersebut adalah suatu kelemahan. Apakah diriku lemah?, aku tak mau menyalahkan, tapi tak tau harus menyalahkan siapa?.

Apakah harus kukutuk diriku sendiri hanya untuk memuaskan penyalahan itu?. Huh... yang benar saja, ada pertikaian batin disini dan tak tau kuharus mendukung yang mana. Mengasingkan diri adalah pilihanku saat ini, biarkan semua berlalu begitu saja, akan kuisi diriku dengan energi alam yang masih tersisa dibumi ini. Tak ada tekanan apapun disini, semua orang terlihat senang meski mereka memiliki banyak permasalahan. Menjelang sore ini aku hanya duduk menulis semua yang tersambar dipikiranku, semua lewat begitu saja. Kita tunggu malam nanti, apakah ada sambaran pada malam yang hening nan dingin itu.

Ehemm,,, sebelum beranjak malam, ada sedikit cerita di sore hari ini. Rencana saya dan kawanku akan ke dermaga untuk sekedar berenang di laut. Akan tetapi, kondisi laut yang berombak memang tidak berombak sebesar yang sering diberitakan hanya saja hembusan angin yang dapat membunyikan gendang telingaku. Melihat kondisi tersebut, kami berdua berpikir beberapa saat untuk turun berenang, dengan pemikiran yang sudah datang ke dermaga dengan baju renang yang telah kami bawa. Akhirnya, kami loncat juga, meskipun pada jarak yang tak terlalu dalam, saya mencoba untuk menunjuk pelampung yang mengapung diantara kapal disana. Pertama kulihat temanku mencoba berenang duluan, kemudian aku menyusulnya. Kondisi angin yang kencang menyebabkan arus laut juga kencang, kami berdua mengalami kesusahan untuk berenang dalam kondisi melawan arus. Telah sampai di pelampung tadi, kami beristirahat cukup lama, mencoba mengumpulkan energi yang tersisa untuk kembali kedaratan. Dengan mengerahkan semua energi, kami berenang ke kapal yang tertambat satu ke yang lainnya. Hampir kehabisan energi, akhirnya sampai pada dermaga awal tempat kami meloncat, dengan merasakan kebas pada tangan dan kaki, kami beristirahat untuk sejenak sebelum kembali ke tempat kami menginap.

Pada saat duduk merenggangkan kaki, aku berpikir selama ini tubuhku sja masih belum cukup tangguh dalam menghadapi rintangan yang seperti gelombang tadi. Kemudian, terpaut pada sebuah perkataan "Didalam tubuh yang kuat, terdapat jiw yang sehat", mungkin perumpamaan itu mengena pada diriku saat ini, segala hal yang menimpa kondisi kejiwaan seseorang akan berpengaruh pada kondisi tubuhnya juga. Melihat kondisi tubuhku yang kurang tangguh, sedikit banyak mengganggu kondisi kejiwaan, meskipun dalam kondisi yang masih wajar. Dan akhirnya, kami kembali pada kondisi yang sedikit agak kehabisan stamina.

Matahari digantikan bulan, kondisi di pulau mulai gelap dari horizon sana. Kondisi pulau yang belum menikmati listrik selama 24 jam ini, masih tergantung dari listrik genset yang hanya bisa bertahan selama 12 jam, pukul 18.00 hingga 06.00 merupakan waktu dimana suara genset yang berada ditengah pulau terdengar hingga dermaga penyebrangan sana. Untuk orang yang telah biasa menikmati listrik seharian, kemudian tiba-tiba mendapatkan kondisi seperti ini bagaikan sebuah pembatasan besar bagi kehidupan mereka. Akan tetapi, bagi masyarakat pulau ini menikmati listrik adalah sebuah kenikmatan yang bisa mereka dapatkan saat pulang dari kegiatan mencari nafkah pada siang harinya. Mungkin ada baiknya mencoba merasakan apa yang orang lain rasakan akan meningkatkan rasa syukur kita terhadap apa yang telah kita punya saat ini dan dapat menerima dengan lapang dada segala yang terjadi dalam hidup kita.

Malam ini, menu masakan adalah nasi, ikan kering dan indomie telur yang kami rasa cukup untuk mengenyangkan jiwa mereka yang terenggut oleh kelaparan. Setelah makan, kami berencana untuk sekedar jalan malam dan menghampiri suatu cafe di dermaga. Yup,,, dermaga yang pada pagi harinya sebagai tempat lalu lalang barang dan manusia untuk menuju kota, pada malam harinya sebagai tempat orang-orang untuk menikmati malam dengan minuman dingin yang dibuat saat itu juga. Tak cukup mengherankan buatku, karena cafe ini telah kudapati selama 3 tahun belakangan ini. Tapi, bagi mereka yang baru kepulau ini dan melihat cafe ini, mereka cukup kaget dan terkesan dengan kondisi yang banyak dengan orang, terdapat minuman dingin, dan musik yang cukup menemani malam mereka yang kesepian. Kemudian, aku duduk dan melihat kearah kota, gemerlap kota dengan berbagai pancaran lampu sepanjang wilayah sana, membuatku bergumam seperti inikah pandangan mereka orang pulau terhadap mereka orang kota, hidup dengan lampu yang terang dan gedung-gedung yang tinggi.

Dan apakah mereka orang kota mau melihat setitik cahaya yang jauh dari pandangan mereka?. Adakah dari sana orang disini berarti bagi mereka, yang dimana mereka orang kota sibuk untuk mengurus apa yang mereka sibukkan. Itulah mengapa aku mencoba untuk 'menghilang' dari rotasi perkotaan yang sangat kencang, meskipun saya masih pelajar, pergerakan kota begitu sangat cepat hingga yang dirasa hiburan sejenakpun dapat menghabiskan waktumu saat engkau sadar akan hal itu. Kembali me-refresh kembali pikiran dan tubuh adalah hal yang wajar dan itu sangat layak untuk dilakukan bagi mereka yang stagnan dalam melakukan aktivitas produktif mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar