Selasa, 03 Januari 2017

Mencari Angin Kosong

       Kemarin merupakan hari dimana masih dalam musim liburan tahun baru. Yah detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu, berganti bulan, bulan berganti tahun. Waktu-waktu yang lalu silih berganti menjadi esok yang masih menjadi misteri bagi penunggunya. Jalan di depan masih samar-samar bagi yang ingin menjalaninya, tapi ada harapan yang tergantung tinggi diantara bintang-bintang di langit, menggoda jiwa-jiwa pengejar harapan yang lebih baik. Dan kini saatnya diriku menceritakan sesuatu yang kudapatkan yang akan menjadi cermin bagi kita semua.

       Di awal telah kubisikkan, kejadian itu terjadi kemarin, saat aku dan beberapa kolega kampus yang mengawali pagi itu dengan beberapa chat yang berencana untuk melakukan beberapa aktivitas di kampus untuk mengisi kekosongan pada hari itu. Yah seperti biasa, rencana pada hari ini adalah mengisi kekosongan dengan berharap ide-ide dapat merasuki tubuhku disaat kumenjelajahi dunia bawah sadar. Mungkin itulah aktivitas yang tepat kulakukan saat itu. Karena tak ada rencana hari itu untuk melakukan suatu penjelajahan dunia nyata yang berakhir menguras tenaga.
       Pukul 14.03, seseorang berada di depan pintu kosku sembari mengetuk-ketuk pintu, hal itu tentunya membuatku langsung terjaga dan langsung meneropong dibalik jendela kos yang tertutupi selembar kain berwarna biru gelap berharap tak seorangpun dapat menerobos pandangan melalui benda itu. Ternyata bayangan dibalik jendela itu adalah Ersyan, kolega kampus dengan sosok tinggi semampai. Aku masih bertanya-tanya dalam hati, apa gerangan ia menjumpaiku di kos, tanpa ada rencana sebelumnya. Rupanya ia ingin 'menculik' diriku yang dalam artian dengan dorongan kuat mengajakku untuk keluar pada siang mendung hari itu.
       Setelah kumembaca chat teman-temanku setelah itu, ternyata ada beberapa teman yang berencana untuk menghabiskan waktu jalan-jalan mencari kesenangan di pusat kota. Mau bagaimana lagi, mereka menunggu dan seseorang tak mau pulang tanpa membawa 'culik' diriku, dengan gerakan cepat tepat senyap, bersegeralah kumenyegarkan diri dan berusaha terlihat siap untuk hang out siang itu. Walau sebenarnya kekosonganku untuk mencari ide-ide yang masih melayang di dunia bawah sadar belum sempat untuk kupancing dan merasukiku.
       Meeting point di depan gerbang kampus waktu itu, ternyata ada Indah, Putra dan Rizal, yang sedari tadi menunggu di tempat itu. Yah ke-empat orang inilah yang sedari pagi berkoar-koar dalam chat untuk mengajak teman-teman yang masih berada di sekitaran kampus untuk keluar mencari angin. Angin membawa kami di tempat menikmati es krim yang katanya telah mereka kunjungi beberapa waktu yang lalu. Aku ikut mereka saja, taulah tempat yang kuketahui hanyalah warung andalan, warkop andalan, himpunan, serta peristirahatan andalan tidak lain dan tidak bukan kosku sendiri.
       Setelah menikmati es krim yang sebagian besar tak mampu lagi kami habiskan karena porsi yang banyak, rencana selanjutnya yaitu menjelajahi mal besar sekitar tempat kami menikmati es krim tadi. Beberapa berencana untuk melihat-lihat tempat pedagang barang sporty yang siapatau dapat barang bermerek dengan diskon di awal tahun. Namun perjuangan tak segampang itu, kami mengerti saat itu merupakan musim liburan awal tahun, dan yang menjadi kenyataan adalah terdapat sekitar puluhan kendaran mengantri memasuki pusat perbelanjaan itu. Pemandangan yang sering aku jumpai saat di kampus lagi ada acara pengukuhan wisuda, macetnya bukan main, bahkan lorong yang sering kulalui pun tak ada jalan, sungguh menyesakkan.
       Meski dengan usaha Ersyan mengendalikan motornya menyisip diantara kendaran yang saling mendahului, akhirnya akses untuk memasuki mal besar itu ditemukan. Kami ber-lima bersegera masuk kedalam gedung besar dengan gerbang selebar tiga meter. Selanjutnya dengan Ersyan sebagai penunjuk jalan, hanya mengikutinya adalah jalan yang kami tempuh. Pertama kami mengunjungi pedagang barang sporty mencari barang yang sesuai selera, kegunaan, fungsi, dan isi dompet. Meskipun sekitar 15 menit berkeliling hanya melihat-lihat yang kami lakukan, tak sesuai dengan rencana untuk membawa pulang sesuatu waktu itu. Kami melangkah sedikit keluar, ada penjual kacamata gaya dengan harga terjangkau sesuai selera, kami pun berhenti sejenak 2 diantara kami membeli kacamata gaya tersebut, diriku tidak termasuk.
       Destinasi selanjutnya adalah memainkan permainan-permainan di zona waktu, meskipun terlihat kekanak-kanakan itulah hal yang membuat kami mengenang masa kecil tanpa ada kecemburuan terhadap seseorang yang memiliki barang-barang mewah, walau dengan hal kecilpun masih ada senyuman yang menghiasi hari-hari diwaktu masih bocah. Permaianan demi permaianan kami coba beberapa yang seru tak sedikit yang mengecewakan. Apakah beberapa permainan yang rusak seperti itu dibiarkan saja, tanpa ada pemberitahuan sehingga beberapa orang tanpa sengaja memasukkan koin 'hasil tukaran uang' berharap muncul suara nyaring yang mengalihkan mereka dari dunia yang penuh tekanan. Beberapa dibiarkan rusak, bisakah kami menikmati hak-hak kami, atau bisakah kalian lebih perhatian dengan kami, atau bisakah kalian lebih jujur dan bertanggung jawab dalam melakukan suatu pekerjaan. Hanya dengan begitulah kami dan kalian bisa tersenyum bersama.
       Setelah merasa sedikit lelah, selanjutnya kami menuju ke tempat makan disekitar tempat itu. Setelah berkeliling, kami mendapatkan tempat yang kelihatannya murah, dan ya murah dari segala halnya. Untuk perbandingan dengan warung andalan, harga di mal setara dengan makan super kenyang di warung andalan. Mengapa tidak, hanya lauk sederhana yang kami berlima hanya bisa saling menatap heran yang tidak sesuai dengan pengharapan. Maka jangan sering berharap pada sesuatu hal. Setelah perut cukup terisi, kami akhiri malam itu, saatnya kembali ketempat peristirahatan dengan damai, dan mencoba untuk menggali ide-ide yang masih tenggelam di samudera mimpi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar