Minggu, 27 November 2016

Terlintaskah Engkau Dipikiranku

       Siang tadi, merupakan hari yang dipenuhi oleh kesibukan kendaraan yang lalu lalang disekitar jalan dimana kumenanti kerabat yang lama kunanti, dikarenakan sesuatu yang teramat sepele, membuat seseorang menunggu lama hanya karena salah memilih kostum yang cocok untuk sebuah acara. "perlukah hal seperti itu memakan waktu yang cukup lama, bukankah bisa dipersiapkan sebelumnya?"
kalimat tersebut sempat terlintas dipikiranku. Sesaat dia datang, kamipun memasuki warung kopi pinggir jalan yang sebentar lagi akan diadakan acara 'diskusi publik' yang akan mulai satu jam lagi, "untung saja ini warkop!" ucapku. Memasuki tempat tersebut, telah sebagian dipenuhi oleh orang-orang yang memancarkan wajah intelektual yang membuat sedikit minder berada di ruangan tersebut. Tapi tak apalah, mereka juga kesinikan untuk mengikuti diskusi tersebut, pesan kopi saja biar menyatu.
       Waktu telah menunjukkan pukul 14.23, sepertinya kejadian seperti ini sudah sering terjadi di lingkungan tempat kuberada, meskipun karena alasan sesuatu dan lain hal, kejadian molornya waktu pelaksanaan kegiatan mungkin sukar untuk menerapkan konsistensi waktu, karena toleransi yang tinggi untuk hal tersebut. Mungkin bukan hanya mengenai toleransi tetapi juga kebiasaan dan rasa kurangnya rasa kekhawatiran mengenai keadaan sekitar, jika semua tidak berjalan sesuai yang direncanakan. Atau mungkin hanya pemikiran idealku saja mengenai segala hal, semua orang memiliki pemikiran ideal mereka masing-masing, mestikah ada bentuk penyatuan antar keduanya? atau perbedaan yang mengutuhkan kita? pemikiran yang saling bersinggungan sepertinya.
       Diskusi dibawakan oleh orang-orang yang telah meneladani ilmu mereka secara mendalam dan praktik. Pembicara membeberkan segala hal yang mengenai keadaan laut sekarang itu benar-benar rusak, lain hal juga banyak yang melakukan rehabilitasi dan konservasi, banyak fakta yang membenarkan mengenai ulah tangan manusia yang secara sengaja atau tidak sengaja dapat merusak lingkungan hidup. Disampaikan juga mengenai pola konsumsi barang-barang siap pakai dapat menyebabkan kerusakan secara tidak langsung terhadap lingkungan. Diskusi semakin menjadi menarik saat seorang ahli antropologi menceritakan banyak kisah dengan mengikut sertakan fakta lapangan yang sangat mencengangkan. Banyak yang beranggapan pekerjaan nelayan masuk kedalam kategori 'miskin', benarkah nelayan berada dalam kesusahan seperti itu? mestinya perlu diberikan bantuan, tapi yang terjadi dilapangan bantuan yang diberikan pemerintah malah tak digunakan secara maksimal oleh nelayan, "apakah nelayan butuh dengan bantuan tersebut, sudahkah ada pembicaraan mengenai hal tersebut antara nelayan dan pemerintah?" pikirku tak jelas. Jelas saja kenyataan tak berjalan seperti itu, karena minimnya wadah antara nelayan dan pemerintah untuk bisa saling berkomunikasi dan berusaha mensejahterakan kehidupan masyarakat pesisir.
       Diksusi berjalan membahas hal-hal yang mengungkap fakta kehidupan yang terjadi dilapangan. Beberapa hal masuk secara nyata dalam pikiranku, tapi beberapa melayang-layang penuh dengan tanda ingin menggali kenyataan yang terjadi. Sekarang ini, kehidupan yang manusia jalani penuh dengan hiruk pikuk yang sangat kompleks, pernahkah terpikir mengenai kehidupan saudara jauh sedang melakukan apa?, lebih dalam lagi pemikiran menganai apakah dilaut dekat pelabuhan sana masih banyak ika yang bergerombol untuk mencari makan? sadar atau tidak sadar kehidupan telah yang mengaturnya berjalan sesuai dengan jalurnya, siang berganti malam, musim berganti musim lain, detik yang tak ingin melirik kebelakang. Jadi, apakah disetiap langkah kita hari ini penuh dengan kebenaran atau hanya khayalan terbelakang berharap menjadi raja satu hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar