Jumat, 25 November 2016

Miso, Wet, and Pleasure

       Pagi ini aku membuka mata mencoba untuk menyambung sisa perjalanan dihari yang lalu. Tak lupaku menghadap kepada sang Pencipta untuk meminta pertolongan dan meminta penjagaan selama dan sesudah perjalanan ini kulalui. Salah satu kebiasaan orang Jepang menghargai waktu dalam berbagai hal, semisal waktu berkumpul untuk sarapan yaitu pukul 7.30, bagi orang Indonesia sarapan itu penting, tetapi kebanyakan tidak memperhatikan waktu dalam menyambut sarapan tersebut.
Seperti hari-hari sebelumnya di Jepang, sebelum waktu sarapan pun telah mengantri pada pintu tempat kami bersantap, dan masih belum ketemu alasan mengapa selalu memakai sup miso pada pagi hari, sup yang memudarkan indra pengecap dan membuat khayalan kalang kabut.
       Setelah sarapan, sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, kami (Komobuchi site members) berkumpul pada Kensyu-to Tanpopo (nama salah satu penginapan) untuk mendiskusikan kegiatan selama berada di site/lokasi nanti. Banyak pendapat, ide, hasil pemikiran yang terbang kesana dan kemari saling beradu dalam mecapai suatu harmoni. diskusi yang diselingi canda dan tawa antara mahasiswa Indonesia dan mahasiswa Jepang. Ada hal yang cukup membuatku merasa geli saat mahasiswa Jepang yang mencoba menjelaskan dalam mengalami kesulitan dalam mencari kata yang tepat untuk mengucapkannya, Ia pun meminta waktu untuk berpikir mencari kata-kata tersebut, sembari teman-teman Jepang lainnya menyemangati untuk berusaha mengucapkannya, dan di saat dia mampu mengucapkannya semua memberikan tepuk tangan akan keberhasilannya tersebut. Saya pun mulai berpikir, bercermin di kampung halaman saat seseorang yang tak mampu untuk melakukan sesuatu, maka akan dilabeli dengan 'pemalas', contoh pemikiran inilah yang seharusnya dibuang jauh-jauh dari benak anak Indonesia nantinya. Seseorang memiliki kecerdasan mereka masing-masing, cobalah untuk mengerti dan mendukung minat mereka, tak perlu memaksakan semua pelajaran untuk dapat dikuasai, biarkan mereka berkembang sesuai dengan minat dan bakat mereka.
       Pada pukul 12.30 sesuai jadwal yang telah ditentukan semua peserta program berkumpul kembali untuk menyantap makan siang, semua makanan yang diberikan diusahakan oleh pihak penyelenggara untuk medapatkan makanan yang halal untuk mahasiswa Indonesia. Saya sangat menghargai semua yang usaha meraka yang dari awal kedatangan yang disambut dengan suka cita sampai dengan ketelitian dalam memberikan perhatian hingga sedetail mungkin. Setelah mengisi energi selanjutnya yakni mengemukakan hasil dari diskusi yang tadi pagi dilakukan. Saya pun mendapatkan kesempatan untuk menjadi pembawa materi ditemani oleh dua orang teman Jepang yang juga sebagai pemateri. Setiap site mendapatkan kesempatan untuk mengemukakan hasil diskusi mereka, sungguh sangat mengesankan, percampuran pemikiran antara dua jenis latarbelakang yang beda menghasilkan sesuatu yang sugoi (luar biasa).
       Sore ini kami mendapatkan waktu untuk istirahat awalnya kami ingin melakukan jalan-jalan, akan tetapi seseorang datang dan melemparkan bola air, sangat mengejutkan dengan sangat refleks kuberlari menghindari cimpratan air tersebut. Kemudian teman-teman Jepang memanggil untuk melakukan suatu permainan dengan air dan balon, yaitu permainan bom air. Di dalam Kensyu-shitu (tempat berkumpulnya peserta program) telah terisi beberapa balon dengan sejumlah air didalamnya, semua mencoba untuk mengisi balon tersebut akan tetapi dikarenakan kurangnya pengalaman atau ketidaktahuan akan seperti ini mahasiswa Indonesia kesulitan dalam mengisi balon tesebut. Dan saat semuanya memegang bola air ditangannya mulailah kita saling melempari bola air dengan permainan selama dua ronde sungguh sangat menyenangkan dan basah. Setelah permainan basah-basah dilakukan, mulailah kerencana awal yakni jalan-jalan disekitar area  Rainbow Highland, kami mengitari taman, mendaki bukit dan mencoba menggapai dataran tinggi untuk dapat melihat indahnya kota Matsuyama dari atas. Bersama dengan beberapa mahasiswa Indonesia dan mahasiswa Jepang menemani jalan-jalan kecil disekitar area tersebut. Begitu banyak hal yang menarik untuk ditanyakan, mulai dari jalannya yang sangat rapi tak ada sampah plastik yang dapat merusak lingkungan dan pemandangan; jenis-jenis pohon yang tumbuh menjulang tinggi; penataan ruangan yang sangat dipikirkan untuk dapat setiap saat digunakan, namun sayangnya untuk menuju puncak jalan yang kami akan lewati terdapat tanda untuk dapat boleh memasuki area tersebut, sungguh sangat disayangkan tetapi jalan-jalan memberikan pengalaman dan cerita yang bermakna dalam bagaimana seharusnya dalam menjalani kehidupan.
       Sudah saatnya untuk menyantap makan malam yang dimana matahari di negeri matahari masih memberikan penerangan yang jelas, akan tetapi waktu telah menunjukkan pukul 18.00 waktu setempat. Makanan yang disajikan terasa oishi (enak), akan tetapi cara orang Jepang menghidangkan makanan menurut saya sangat mementingkan nilai gizi ketimbang rasa, serta memiliki nilai estetika yang sangat bagus. Malam ini adalah malam dimana esok harinya akan menuju site masing-masing untuk mencari, belajar, berpikir mengenai kehidupan orang-orang Jepang yang dapat menjadi pengalaman berharga untuk bangsa dan negaraku kelak. Dan tidak lupa teman site baru saja datang untuk dikarenakan dia mengikuti program pertukaran mahasiswa Jepang ke Perancis, dia pun meminta maaf sebelumnya dikarenakan keterlambatannya dan untuk kedepannya dia akan bersiap untuk berangkat ke Perancis, sungguh sangat luar biasa meraka menerapkan prinsip menghormati orang-orang disekelilingnya, salah satu ilmu yang sangat perlu dicontoh agar tercipta masyarakat yang madani. Tak sabar untuk menunggu terbitnya mentari esok hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar