Pagi ini aku
membuka mata mencoba untuk menyambung sisa perjalanan dihari yang lalu. Tak
lupaku menghadap kepada sang Pencipta untuk meminta pertolongan dan meminta
penjagaan selama dan sesudah perjalanan ini kulalui. Salah satu kebiasaan orang
Jepang menghargai waktu dalam berbagai hal, semisal waktu berkumpul untuk
sarapan yaitu pukul 7.30, bagi orang Indonesia sarapan itu penting, tetapi
kebanyakan tidak memperhatikan waktu dalam menyambut sarapan tersebut.
Seperti hari-hari sebelumnya di Jepang, sebelum waktu sarapan pun telah mengantri pada pintu tempat kami bersantap, dan masih belum ketemu alasan mengapa selalu memakai sup miso pada pagi hari, sup yang memudarkan indra pengecap dan membuat khayalan kalang kabut.
Seperti hari-hari sebelumnya di Jepang, sebelum waktu sarapan pun telah mengantri pada pintu tempat kami bersantap, dan masih belum ketemu alasan mengapa selalu memakai sup miso pada pagi hari, sup yang memudarkan indra pengecap dan membuat khayalan kalang kabut.
Setelah sarapan, sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan, kami (Komobuchi
site members) berkumpul pada Kensyu-to
Tanpopo (nama salah satu penginapan) untuk mendiskusikan kegiatan selama berada di site/lokasi nanti. Banyak pendapat, ide, hasil
pemikiran yang terbang kesana dan kemari saling beradu dalam mecapai suatu
harmoni. diskusi yang diselingi canda dan tawa antara mahasiswa Indonesia dan
mahasiswa Jepang. Ada hal yang cukup membuatku merasa geli saat mahasiswa
Jepang yang mencoba menjelaskan dalam mengalami kesulitan dalam mencari
kata yang tepat untuk mengucapkannya, Ia pun meminta waktu untuk berpikir mencari
kata-kata tersebut, sembari teman-teman Jepang lainnya menyemangati untuk
berusaha mengucapkannya, dan di saat dia mampu mengucapkannya semua memberikan tepuk tangan akan keberhasilannya tersebut. Saya pun
mulai berpikir, bercermin di kampung halaman saat seseorang yang tak mampu
untuk melakukan sesuatu, maka akan dilabeli dengan 'pemalas', contoh
pemikiran inilah yang seharusnya dibuang jauh-jauh dari benak anak
Indonesia nantinya. Seseorang memiliki kecerdasan mereka masing-masing, cobalah untuk mengerti dan mendukung minat mereka, tak perlu memaksakan semua pelajaran untuk dapat dikuasai, biarkan mereka berkembang sesuai dengan minat dan bakat mereka.
Pada pukul 12.30 sesuai jadwal yang
telah ditentukan semua peserta program berkumpul kembali untuk menyantap makan
siang, semua makanan yang diberikan diusahakan oleh pihak penyelenggara untuk
medapatkan makanan yang halal untuk mahasiswa Indonesia. Saya sangat menghargai
semua yang usaha meraka yang dari awal kedatangan yang disambut dengan suka
cita sampai dengan ketelitian dalam memberikan perhatian hingga sedetail
mungkin. Setelah mengisi energi selanjutnya yakni mengemukakan hasil dari
diskusi yang tadi pagi dilakukan. Saya pun mendapatkan kesempatan untuk menjadi
pembawa materi ditemani oleh dua orang teman Jepang yang juga sebagai pemateri.
Setiap site mendapatkan kesempatan
untuk mengemukakan hasil diskusi mereka, sungguh sangat mengesankan,
percampuran pemikiran antara dua jenis latarbelakang yang beda menghasilkan
sesuatu yang sugoi (luar biasa).
Sore ini kami mendapatkan waktu untuk
istirahat awalnya kami ingin melakukan jalan-jalan, akan tetapi seseorang
datang dan melemparkan bola air, sangat mengejutkan dengan sangat refleks kuberlari menghindari cimpratan air tersebut. Kemudian teman-teman
Jepang memanggil untuk melakukan suatu permainan dengan air dan balon, yaitu
permainan bom air. Di dalam Kensyu-shitu
(tempat berkumpulnya peserta program) telah terisi beberapa balon dengan
sejumlah air didalamnya, semua mencoba untuk mengisi balon tersebut akan tetapi
dikarenakan kurangnya pengalaman atau ketidaktahuan akan seperti ini mahasiswa
Indonesia kesulitan dalam mengisi balon tesebut. Dan saat semuanya memegang
bola air ditangannya mulailah kita saling melempari bola air dengan permainan
selama dua ronde sungguh sangat menyenangkan dan basah. Setelah permainan
basah-basah dilakukan, mulailah kerencana awal yakni jalan-jalan disekitar area Rainbow Highland, kami mengitari taman, mendaki bukit dan mencoba menggapai
dataran tinggi untuk dapat melihat indahnya kota Matsuyama dari atas.
Bersama dengan beberapa mahasiswa Indonesia dan mahasiswa Jepang menemani jalan-jalan
kecil disekitar area tersebut. Begitu banyak hal yang menarik untuk ditanyakan,
mulai dari jalannya yang sangat rapi tak ada sampah plastik yang dapat merusak
lingkungan dan pemandangan; jenis-jenis pohon yang tumbuh menjulang tinggi;
penataan ruangan yang sangat dipikirkan untuk dapat setiap saat digunakan,
namun sayangnya untuk menuju puncak jalan yang kami akan lewati terdapat tanda
untuk dapat boleh memasuki area tersebut, sungguh sangat disayangkan tetapi
jalan-jalan memberikan pengalaman dan cerita yang bermakna dalam bagaimana
seharusnya dalam menjalani kehidupan.
Sudah saatnya untuk menyantap makan
malam yang dimana matahari di negeri matahari masih memberikan penerangan yang
jelas, akan tetapi waktu telah menunjukkan pukul 18.00 waktu setempat. Makanan
yang disajikan terasa oishi (enak), akan tetapi
cara orang Jepang menghidangkan makanan menurut saya sangat mementingkan nilai
gizi ketimbang rasa, serta memiliki nilai estetika yang sangat bagus. Malam
ini adalah malam dimana esok harinya akan menuju site masing-masing untuk
mencari, belajar, berpikir mengenai kehidupan orang-orang Jepang yang dapat menjadi
pengalaman berharga untuk bangsa dan negaraku kelak. Dan tidak lupa teman site baru
saja datang untuk
dikarenakan dia mengikuti program pertukaran mahasiswa Jepang ke Perancis, dia
pun meminta maaf sebelumnya dikarenakan keterlambatannya dan untuk kedepannya
dia akan bersiap untuk berangkat ke Perancis, sungguh sangat luar biasa meraka
menerapkan prinsip menghormati orang-orang disekelilingnya, salah satu ilmu
yang sangat perlu dicontoh agar tercipta masyarakat yang madani. Tak sabar untuk menunggu terbitnya mentari esok hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar